CBCT

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :

Computed Tomography
CONE-BEAM COMPUTED TOMOGRAPHY
Cone-beam computed tomography merupakan teknologi terbaru yang pada awalnya dikembangan untuk angiografi tahun 1982 dan kemudian diaplikasikan untuk gambaran maksilofasial. Teknologi ini menggunakan sumber radiasi ionisasi divergent atau bentuk kerucut dan detektor 2 dimensi untuk menentukan lintasan putar untuk mendapatkan gambar  proyeksi beberapa bagian pada sekali scan pada area yang diperiksa. 4 faktor teknologi yang mendukung daintaranya:
1.      Perkembangan array detector panel datar compact high-quality .
2.      Murahnya harga komputer yang sesuai dengan rekonstruksi gambar.
3.      Perkembangan tabung x-ray yang murah yang dapat digunakan exposure kontinu.
4.      Scanning pada jumlah yang terbatas (ex: head and neck), pengurangan kebutuhan kecepatan lintasan putar setiap subsecond.
Teknologi ini disebut juga dental volumetric tomography,cone-beam volumetric tomography, dental computed tomography, dan cone beam imaging.




·         Prinsip Kerja CBCT
CT scanner dengan sumber sinar x-ray dan detector dimounting pada rotating gantry. Selama gantry berputar, reseptor mendeteksi x-ray yang dipancarkan pada pasien. Kemudian hasilnya direkonstruksi oleh computer untuk menghasilkan gambar cross sectional (pixel). CT dibedakan dalam 2 kategori berdasarkan akuisisi x-ray beam geometry yakni fan beam dan cone beam.
Cone beam menggunakan 2D digital array namun dapat dikombinasi dengan 3D x-ray dengan circular collimation.
·         Image Aquisition
Saat dilakukan proyeksi cone-beam, sinar exposure membuat interval,dan menghasilkan gambar proyeksi tunggal disebut basis image. Kurang lebih sama seperti gambar yang dihasilkan sefalometri. 4 akuisisi CBCT :

1.      X-ray Generation
Walaupun CBCT secara teknis lebih sederhana namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
·         Posisi pasien
Posisi pasien CBCT dapat pada 3 posisi, yaitu posisi duduk,berdiri, dan telentang. Hal-hal yang dibutuhkan pasien pada posisi telentang adalah area permukaan yang lebih luas atau footprint fisikal dan tidak dapat diakses untuk pasien dengan beberapa disabilitas. Pada posisi berdiri, tidak dapat digunakan pada pasien yang memakai kursi roda. Unit untuk duduk adalah posisi yang paling nyaman bagi pasien, walaupun terkadang tidak semua pasien disabilitas atau pasien yang memakai kursi roda dapat diterapkan secara optimal. Dengan segala sistem suatu hal yang penting adalah tidak dengan menggerakkan kepala pasien pada saat exposure, karena dapat mengakibatkan beberapa pergerakan yang dapat mengurangi hasil kualitas gambar.
·         X-ray Generator
Secara teknis, metode yang paling mudah untuk exposure pasien adalah dengan menggunakan sinar radiasi konstan selama berputar dan membiarkan x-ray detector untuk membuat sampel sinar yang mengecil pada trayektor. Detektor sampel sinar dapat meningkatkan efektifitas karena jika dilakukan pemaparan sinar berkelanjutan, tidak semua pemparan dapat membentuk suatu gambaran. Dengan adanya sample/contoh ini dapat mengurangi pemaparan radiasi pada pasien.
Prinsip ALARA (As Low As Reasonably achieveable) mengharuskan pengoptimalan dari pemaparan CBCT dengan menyesuaikan ukuran dari pasien. Dapat disesuaikan denga pemilihan dari tube current (milliamperes [mA]), tube voltage (kilovolts peak [kVp]), atau keduanya. Pada beberapa CBCT dapat otomatis menyesuaikan, biasanya disebut dengan kontrol pemaparan otomatis (automatic exposure control).
·         Scan Volume
Dimensi ini dapat mengcover tergantung pada ukuran dan bentuk dari detektor, geometri proyeksi sinar, dan kemampuan kolimasi dari sinar. Bentuk dari scan volume dapat silinder atau berbentuk bola. Karena pada pemaparan kraniofasial membutuhkan area yang luas maka dapat digunakan software tambahan pada 2 scan rotasional untuk memproduksi volume tunggal dengan tinggi 22 cm.
·         Scan Factors
Kecepatan dari gambaran individual yang diperoleh dapat disebut frame rate dan dapat diukur dlam frame, gambar yang terproyeksi, setiap detiknya. Laju frame yang maksimum dari detektor dan kecepatan rotasional menentukan jumlah dari proyeksi yang dapat diperoleh. Jumlah dari proyeksi gambar berisikan scan tunggal yang dapat divariasikan. Dengan laju frame yang lebih tinggi, informasi lebih dapat tersedia untuk merekonstruksi gambar, rekonstruksi primer dapat naik/bertambah.
Sistem gambar pada kebanyakan CBCT menggunakal trajektori sirkular yang komplit atau lengkung scan dari 360 derajat untuk memperoleh data proyeksi. Kebutuhan fisikal ini biasanya diperlukan untuk memproduksi proyeksi yang adekuat untuk rekonstruksi 3D. Bagaimanapun, secara teori mungkin saja untuk mereduksi kelengkapan dari penelusura sekilas lintasan/trajektori yang kurang dari lingkaran lengkap dan masih rekonstruksi data set volumetris. Dengan cara ini dapat mereduksi waktu scan dan secara mekanis lebih mudah. Untuk mereduksi waktu scan CBCT dengan cara mereduksi pergerakan artifak yang menghasilkan pergerakan subjek. Dapat juga dengan menaikkan laju frame detektor, mereduksi jumlah dari proyeksi, atau mereduksi lengkung scan nya.

2.      Image Detection System
Dapat dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan dari tipe detektornya, yaitu tabung pengintensif gambar atau kombinasi alat charger berpasangan atau gambaran pipih panel. Pembentuk konfigurasi dapat berisi gambar pengintensif gambar x-ray atau kombinasi alat charger berpasangan tersebut beserta serat optik. Kebanyakan panel pipih konfigurasi tersebut terdiri dari cesium iodide scintillator yang diaplikasikan pada transistor film yang  dibuat dari silikon yang tidak berbentuk.
·         Ukuran Voxel
Tergantung oleh titik fokus dari tabung x-ray, konfigurasi geometris x-ray, dan matriks serta ukuran piksel dari detektor solid. Kedua titik fokus dan ukuran piksel dan konfigurasi geometris dari sumber x-ray menentukan derajat dari ketidaktajaman geometris, faktor yang terbatas dari resolusi tersebut.

Biaya dari CBCT makin bertambah jika titik fokusnya makin kecil ukurannya. Pengurangan dari jarak objek ke detektor dan kenaikan dari jarak sumber sinar ke objek juga meminimalkan ketidaktajaman geometris. Pada maksilofasial, posisi detektor CBCT terbatas karena terlokasi jauh dari kepala pasien, oleh karena itu dapat berotasi secara bebas dan membebaskan bahu dari pasien. Keterbatasan juga dapat meluas dari jarak sumber ke objek disebabkan oleh kenaikan dari ukuran unit CBCT. Bagaimanapun, reduksi dari jarak sumber sinar ke obyek dapat memproduksi gambar besar yang terproyeksi pada detektor, dengan menaikkan resolusi secara potensial.


·         Grayscale
Kemampuan dari CBCT diantaranya ditunjukkan dengan kemampuan mendeteksi perbedaan kontras secara halus. Parameternya biasa disebut dengan bit depth.



3.      Image Reconstruction
Rekonstruksi waktu bervariasi tergantung pada parameter diantaranya ukuran voxel, ukuran dari area gambar, dan jumlah dari proyeksi, sekaligus perangkat keras dan perangkat lunaknya.
Proses rekonstruksi dapat terdiri dari 2 tahap:
1.      Acquisition stage
Pada tahapan ini ditunjukkan oleh kemahiran komputer.
2.      Reconstruction stage
Gambaran yang benar dikonversikan ke representasi spesial yang disebut sinogram. Proses yang terlibat biasa disebut dengan radon transformation.






4.      Image Display
Suatu set data volumetrik adalah sebuah kompilasi dari seluruh voxel yang tersedia dan kebanyakan pada alat CBCT, menunjukkan pada klinisi di suatu layar sebagai rekonstruksi gambar sekunder pada 3 bidang ortogonal, yaitu aksial, sagital, dan koronal. Biasanya pada ketebalan pada umumnya sampai dengan resolusi yang tidak umum. Visualisasi yang optimal dari gambaran rekonstruksi tergantung dari penyelarasan level window dan lebar dari window serta aplikasi dari filter.
·         Multiplanar reformation
Data set dapat terbagi secara nonorthogonal. Kebanyakan perangkat lunak menyediakan berbagai gambaran 2 dimensi non aksial, atau biasa disebut multiplanar reformation (MPR).  Gambaran multiplanar dapat ditebalkan dengan menaikkan jumah dari voxel yang berdekatan termasuk didalam display. Dapat membuat gambar yang merepresentasikan volume yang spesifik dari pasien, biasa disebut dengan ray sum. Ketebalan penuh ray sumdapat digunakan untuk menstimulasi proyeksi dari gambaran lateral sefalometrik. Tidak seperti radiografi konvensional, gambaran ini menggunakan data volumetrik dan intepretasi dari masalah anatomis, diantaranya superimposisi dari multipel struktur.
·         Three Dimensional Volume Rendering
Volume rendering sama seperti teknik yang mengijinkan visualisasi dari data 3D dengan integrasi dari volume yang luas dari voxel-voxel yang berdekatan dan tampilan yang selektif. Dua teknik yang spesifik telah tersedia. Yaitu, indirect volume rendering dan direct volume rendering. Indirect volume rendering adalah proses komplesk yang membutuhkan seleksi dari intensitas atau densitas dari level grayscale dari voxel untuk ditampilkan dengan adanya data set, yang disebut segmentasi. Sedangkan direct volume rendering adalah proses yang lebih sederhana. Eknik yang paling banyak digunakan adalah maximum intensity projection (MIP). Visualisasi MIP dapat terjangkau dengan mengevaluasi setiap nilai voxel sepanjang proyeksi .
       


·         Pertimbangan Klinis
1.      Kriteria pemilihan pasien
Pada cone beam pemaparan radiasi lebih banyak dibandingkan dengan dental radiograf lainnya. CBCT umumnya digunakan pada keadaan patologis dan deformitas struktural maksilofasial, pada pre operatif tindakan otodontik dan pada implan tulang yang tersedia.
2.      Persiapan pasien
Pertama-tama menggunakan pelindung. Pada setiap unit CBCT memiliki metode yang unik dari stabilisasi kepala, bervariasi dari dagu ke bagian posterior atau kepala bagian samping yang dapat mendukung posisi dari kepala. Pergerakan pasien dapat diminimimalkan, karena pergerakan kepala dapat menurunkan kualitas. Kesesuaian posisi pasien dengan sinar benar-benar dipirhatikan untuk mengoptimalkan kualitas gambar dan mengurangi paparan sinar radiasi. Pasien harus melepas semua aksesoris yang terbuat dari bahan metal dan tidak butuh melepas aksesori yang terbuat dari plastik (ex: removable prothesa).
·         Imaging Protocol
Merupakan parameter teknik exposure CBCT yang mengacu pada tujuan perawatan.
1.      Voxel size
2.      Waktu Scanning dan jumlah proyeksi
3.      Scanning trayektor
4.      Field of View (lapang pandang)
·         Image Optimization
Kepandaian user untuk mengatur parameter brightness,contrast, dan ketajaman.
Kelebihan dan Keterbatasan :
·         Kelebihan
1.      Ukuran dan biaya terjangkau untuk ruang praktek
2.      High-speed scanning
3.      Resolusi submilimeter
4.      Dosis rendah radiasi pada pasien
5.      Analisis yang interaktif
·         Keterbatasan
1.      Image Noise (Large Volume)
2.      Kontras Jaringan Lunak yang buruk
5.      Aplikasi Spesifik pada Kedokteran Gigi
1. Implant Site Assesment
CBCT digunakan untuk perencanaan peletakan dental implant. CBCT menghasilkan gambar cross-sectional meliputi tinggi tulang alveolar,lebarnya, dan angulasinya secara akurat termasuk struktur vital seperti nervus canal  alveolar inferior di dalam mandibula atau di dalam sinus maksila.
2.      Ortodonti dan Sefalometri 3D
CBCT digunakan untuk diagnosis,assesment,dan analisis ortodontic maxilofacial dan anomali pada ortopedi. CBCT dapat menghasilkan gambar gigi impaksi,supernumerary teeth,gambaran morfologi palatal,visualisasi TMJ, pharyngeal airway space, dan relasi jaringan lunak.
Selain untuk ortodonti, juga dapat digunakan untuk menghasilkan gambar sefalometri 2D atau 3D dalam sekali pengambilan. Data CBCT dapat dimanipulasi oleh teknik persamaan sinar x-ray untuk menyebarkan simulasi  panoramik,lateral,submentovertex,dan postero-anterior gambar sefalometri.
3.      Lokalisasi Kanal Alveolar Inferior
Hubungan antara alveolar canal inferior dengan akar gigi molar ketiga mandibula sangan penting dengan meminimalkan nerve damage yang dapat menyebabkan permanen loss pada salah satu sisi bibir bawah.
4.      Temporomandibular Joint
CBCT menghasilkan multiplanar dan gambar 3D kondilus dan struktur disekitarnya untuk menganalisis dan diagnosis morfologi tulang,joint space dan fungsi yang dinamis, dan kunci untuk menentukan perawatan yang sesuai pada tanda dan gejala pasien TMJ.
5.      Kondisi maxilofacial yang kompleks
CBCT dapat mendeteksi banyak kondisi pada rahang, sebagian besar pada gigi seperti impaksi,supernumerary teeth, fraktur atau split teeth,lesi periapikal,periodontal disease, dan benign calcification.
6.      Rapid Prototyping (RP)
RP merupakan istilah luas yang mendeskripsikan kelompok yang berhubungan dengan teknik dan proses yang digunakan membuat model fisik secara cepat dari data gambar 3D computer-assisted. Tujuan RP pada gambar maxilofacial adalah membuat ukuran nyata dan struktur anatomis model yang akurat secara dimensinya. Dapat disebut juga biomodels.

·         KESIMPULAN
CBCT imaging system baru-baru ini telah dikenalkan untuk pengambilan gambar jaringan keras pada regio maksilofacial. CBCT menghasilkan hasil yang akurat,resolusi gambar submilimeter dalam waktu scanning yang singkat, dosis rendah radiasi, dan biaya yang murah dibanding CT scan.Peningkatan avaibilitas teknologi ini memberikan praktisi modal gambar kualitas 3D yang merepresentasikan gambar maksilofasial dari tahapan diagnosis hingga pedoman gambar perawatan operatif dan bedah.
 DAFTAR PUSTAKA
1.      Whaites, Eric. 2002. Essentials of Dental Radiography and Radiology 3rd Edition. Churcill, Livingstone, UK.
2.      White SC, Pharoah MJ. 2004. Oral Radiology Principle and Intepretation 5th Edition. United States: Mosby, Elsevier.
3.      Swennen GRJ, Schutyser F, Hausamen JE. 2006. Three-Dimensional Cephalometry a Color Atlas and Manual.Springer-Verlag Berlin Heidellberg


Artikel Lainnya:

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :