Sistem Kesehatan


Dalam dokumen SKN tersebut dikatakan pula bahwa untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah perlu dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) dalam kaitan ini kedudukan SKN merupakan supra sistem dari SKD. SKD terdiri dari Sistem Kesehatan Provinsi (SKP) dan Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota (SKK).
SKN itu sendiri terdiri dari enam subsistem yaitu:
  1. Upaya kesehatan
  2. Pembiayaan kesehatan
  3. Sumber daya manusia kesehatan
  4. Obat dan perbekalan Kesehatan
  5. Pemberdayaan masyarakat
  6. Manajemen kesehatan
SKN sebagaimana telah disebutkan sebelumnya terdiri dari enam subsistem, yaitu: Upaya kesehatan; Pembiayaan kesehatan; Sumberdaya Manusia kesehatan; Obat dan perbekalan Kesehatan; Pemberdayaan masyarakat; Manajemen kesehatan. Fungsi stewardship/regulasi nampaknya diwakili oleh manajemen kesehatan di mana didalamnya secara eksplisit disebutkan tentang hukum kesehatan. Namun penjelasan dalam dokumen SKN menunjukan kurang kuatnya pemahaman peran stewardship/regulator. Untuk itu, bila membahas keterkaitan antara subsistem dengan pendekatan SKN, penting memperhatikan adanya kelemahan tersebut.
Untuk membaca SKN terbaru, silahkan disini dan untuk Kepmenkes  silahkan 
Sistem Kesehatan Daerah menguraikan secara spesifik unsur-unsur upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. SKD merupakan acuan bagi berbagai pihak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.

Artikel Lainnya:

PROFIL RSUD BANTEN


Pembangunan RSU Banten yang dimulai pada tahun anggaran 2007 merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Banten dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terutama kesehatan pada masyarakat Banten. Karena dengan semakin berkembangnya Banten sebagai Provinsi, semakin kompleks juga masalah kesehatan yang dihadapi.

Rumah Sakit Umum Banten diresmikan pada tanggal 4 Oktober 2013 oleh Wakil Gubernur Banten, merupakan salah satu instansi Pemerintah Provinsi Banten yang bertanggung jawab dalam bidang Kesehatan khususnya dalam hal pelayanan kesehatan rujukan atau lanjutan. Sehubungan dengan fungsinya sebagai rumah sakit Provinsi Banten, maka RSU Banten dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan di setiap lini, sehingga setiap program penyelenggarannya diarahkan pada upaya-upaya pencapaian tujuan sebagaimana dituangkan dalam VISI dan MISI RSU BANTEN, sesuai dengan cita-cita dan harapan khususnya masyarakat di lingkungan Provinsi Banten





Artikel Lainnya:





Perawatan Saluaran Akar adalah pengambilan seluruh jaringan pulpa dari rongga pulpa suatu gigi

Indikasi Pengertian Perawatan Saluran Akar Gigi:

   * Pulpitis irreversibel
   * Terbukanya pulpa karena karies, atrisi, erosi, abrasi, dan trauma.


Pengambilan seluruh jaringan pulpa untuk keperluan pembuatan restorasi di dalam saluran akar (post-type crown.

Tahapan Perawatan Saluran Akar Gigi (PSA):

   * Preparasi intrakoronal
   * Pulp debridement
   * Pengukuran panjang kerja
   * Preparasi saluran akar
   * Sterilisasi saluran akar
   * Tes bakteri
   * Obturasi saluran akar

Kontraindikasi Perawatan Saluran Akar Gigi (PSA):

   * Kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga panjang akar
   * Foramen apikal terbuka lebar
   * Perforasi permukaan akar
   * Resorbsi yang luas
   * Gigi dengan saluran akar tidak dapat dipreparasi

Indikasi Perawatan Saluran Akar Gigi (PSA):

   * Gigi vital normal
   * Gigi vital terinfeksi
   * Gigi non vital (nekrosis)

Preparasi kamar pulpa

-bagian palatinal gigi dibuka dengan round-bur arah tegak lurus  sejajar aksis gigi sampai perforasi ke kamar pulpa
-Prinsip : 
a. Outline form
b. Convinience form
c. Removal of remaining carry out  dentin and defective restoration
d. Toilet of the cavity

-Dinding kavitas diratakan dengan tapered fissure bur, sampai bentuk divergen ke arah incisal

1. Menentukan titik pengeburan.

2. Pada gigi Premolar terletak pada mahkota palatinal.


3.  Mengebor dengan round bur. 

4. Setelah email tertembus, posisi bur di rubah
- pangkal bur didekatkan ke incisal 
- supaya tidak mengurangi dinding labial
- gigi tidak mudah patah 

5.  Buang atap dan tanduk pulpa 

6. . Buat convenient form dengan fissure bur
- gerakan fissure dari dalam ke luar
-agar tidak mengurangi dinding labial 

7 . Lakukan test convenient form dengan menggunakan sonde lurus

8. Kira-kira penampang palatinal seperti ini

9. Gigi siap dilakukan preparasi biomekanis. 

10 Panjang kerja pada apex muda kira-kira 0,5 mm dari ujung akar.

11. Panjang kerja pada apex tua kira-kira   0,75 mm


Pulp Debridement

-Pengambilan jaringan pulpa dengan  ekskavator sampai orifice. Gunakan probe endodontic untuk mencari orifice.
-Eksplorasi saluran akar untuk mencari jalan masuk ke saluran akar melalui orifice dengan  smooth broach atau jarum miller.
-Ekstirpasi jaringan pulpa saluran akar dengan cara jarum ekstirpasi / barbed broach dimasukkan         sedalam 2/3 panjang saluran akar Kemudian putar 180° searah jarum jam lalu ditarik keluar .


PENGUKURAN PANJANG KERJA


Metode pengukuran yang digunakan ialah metode radiograf secara langsung
Caranya:
1.Mengukur panjang gigi estimasi pada radiograf diagnostik (radiograf preoperatif) pasien, yaitu dari foramen apikal sampai ke titik referensi.
2.Panjangnya kemudian dikurangi 1mm, sebagai faktor pengaman, karena kemungkinan terjadi distorsi pada waktu pengambilan radiograf
3.Ukur instrumen (file atau reamer) yang akan dipakai untuk mengukur panjang kerja kemudian diberi stopper.
4.Masukkan instrumen tadi ke dalam saluran akar hingga stopper terletak pada titik referensinya.
5.Buat radiograf lagi
6.Ukur selisih instrumen dengan foramen apikalis pada radiograf. Selisih ini kemudian ditambahkan panjang instrumen yang masuk saluran akar. Angka ini merupakan panjang gigi
7.Dari perhitungan di atas didapatkan:
Panjang kerja = panjang gigi – 1 mm
Panjang kerja ini yang akan digunakan untuk preparasi saluran akar.




Preparasi Saluran Akar secara STEP-BACK


a.Preparasi tahap pertama (1/3 apikal)
• Tentukan initial file yang merupakan file terbesar yang dapat masuk saluran akar sesuai dengan PK sebelum saluran akar di preparasi. Pasang rubber stop pada file mulai nomor kecil pada gigi sampai batas rubber stop. Bila terasa longgar masukkan file nomor berikutnya begitu seterusnya hingga file tidak dapat masuk sesuai PK nya.
• File yang masuk tepat sesuai dengan  PK, diputar lalu tarik secara reaming (bolak-balik) ¼-½ putaran 2-3 kali hingga terasa longgar.
•Irigasi, kemudian masukkan file nomer yang lebih besar lalu irigasi lagi dengan NaOCl 2,5%.
•Lakukan hingga 3 no diatasnya dengan PK sama dengan rekapitulasi file dengan ukuran yang lebih kecil
•File terakhir adalah MAF yang besarnya minimal 3 nomor di atas initial file.


b.Preparasi tahap dua / Badan saluran akar
•Masukkan file satu nomer di atas MAF dengan mengurangi PK sebanyak 1 mm kemudian rekap dengan MAF dan PK semula lalu irigasi.
•Masukkan file dengan nomer lebih besar dan PK dikurangi 1 mm.Rekap dengan MAF dan PK semula lalu irigasi
•Lakukan preparasi sampai 3 sd 4 nomer di atas MAF dengan mengurangi 1 mm setiap kenaikan nomer file lakukan rekapitulasi dengan MAF dengan PK awal setiap pergantian nomer file yang lebih besar dan diirigasi.
•Irigasi dilakukan setiap pergantian instrumen dengan bahan irigasi : NaOCl 5% dan H2O2 3%. Cara peggunaan bahan irigasi bergantian diawali dan diakhiri dengan NaOCl 5%.


c.Finishing
•Bagian tengah saluran akar dipreparasi dengan hedstroem file
•Bagian koronal dipreparasi dG gates glidden drill utk membentuk coronal flaring (corong) dapat diganti dengan hedstroem file
•Preparasi saluran diakhiri dengan K file untuk menghaluskan dinding saluran akar.
•Saluran akar dikeringkan dengan paperpoint


Obturasi
   Obturasi siap dilakukan setelah saluran akar dibersihkan dan dipreparasi sesuai dengan ukuran dan kelembaban yang  optimum.  Menurut Grossman, material saluran akar dibagi menjadi material plastis, solid, semen, dan pasta. Grossman juga menyatakan bahwa terdapat 10 syarat material saluran akar yang ideal, yang berlaku untuk material metal, plastis dan semen, yaitu:
1. harus mudah dimasukkan ke saluran akar
2. harus dapat mengisi dinding lateral saluran akar
3. mengalami pengerutan setelah dimasukkan kedalam saluran akar
4. Harus tahan terhadap kelembaban
5. Bersifat bakteriostatik, atau dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
6. Bersifat radiopak
7. tidak member perwarnaan terhadap struktur gigi
8. tidak mengiritasi jaringan periradikular
9. bersifat steril
10. Mudah dikeluarkan dari saluran akar jika dibutuhkan


Tehnik Pengisian Saluran Akar


Gigi Sulung
Teknik single cone
Teknik pengisian saluran akar untuk teknik preparasi secara konvensional
Tahapan :
- Pencampuran pasta saluran akar petunjuk pabrik
- Pasta diulaskan pada jarum lentulo dan guttap point untuk kemudian dimasukan kedalam saluran akar yang telah dipreparasi jarum lentulo sesuai panjang kerja dan diputar berlawanan jarum jam.
- Guttap point ( trial foto disterilkan dengan alcohol 70% dan dikeringkan
- Kering ( diulas dengan pasta ) masuk ke dalam saluran akar.
- Guttap point di potong 1-2mm dibawah orifice dengan ekskavator yang ujungnya telah di panasi dengan Bunsen burner hingga membara.


Gigi Permanen
Teknik Kondensasi Lateral
Dengan teknik preparasi saluran akar secara step back
Sering digunakan hampir semua keadaan kecuali pada saluran akar yang sangat bengkok / abnormal
Tahapan :
- Pencampuran pasta
- Guttap point  trial disterilkan 70% alcohol dan dikeringkan
- Guttap point nomor 25 (MAF) diulasi dengan pasta ke saluran akar sesuai dengan tanda yang telah dibuat dan ditekan kearah lateral menggunakan spreader.
- Ke dalam saluran akar diberi guttap tambahan, setiap memasukan guttap di tekan ke arah lateral sampai saluran akar penuh dan spreader tidak dapat masuk dalam saluran akar
- Guttap point dipotong 1-2mm dibawah orifice dengan eskavator yang telah dipanasi


Teknik Kondensasi Vertical (Gutta perca panas)
Untuk pengisian saluran akar dengan teknik step back.
Menggunakan pluger yang dipanaskan, dilakukan penekanan pada guttap perca yang telah dilunakan dengan panas kearah vertical dan dengan demikian menyebabkan guttap perca mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar
Tahapan :
- Suatu kerucut guttap perca utama sesuai dengan instrument terakhir yang digunakan dipaskan pada saluran dengan cara step back
- Dinding saluran dilapisi dengan lapis tipis semen
- Kerucut disemen
- Ujung koronal kerucut dipotong dengan instrument panas
- Pembawa panas segera didorong ke dalam 1/3 koronal guttap perca. Sebagian terbakar oleh pluger bila diambil dari saluran akar.
- Condenser vertical dengan ukuran yang sesuai dimasukan dan tekanan vertical dikenakan pada guttap perca yang telah dipanasi untuk mendorong guttap perca yang menjadi plastis ke arah apikal
- Apikalis panas berganti oleh pembawa panas dan condenser diulangi sampai guttap perca plastis menutup saluran aksesori besar dan mengisi luman saluran dalam 3 dimensi – foramen apikal. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan tambahan guttap perca panas.


Metode seksional (teknik pluger)
Dapat digunakan untuk mengisi saluran kearah apikal dan lateral
Teknik menggunakan suatu bagian kerucut guttap perca untuk mengisi suatu bagian 1/3 saluran akar / ujung apikal
Tahapan :
- Dinding saluran akar dilapisi semen
- Pluger saluran dimasukan sampai 3-4mm dari apeks dipanaskan dalam sterilitator garam panas (1011)
- Kerucut guttap perca dipotong beberapa bagian sesuai dengan ukuran saluran yang telah dipreparasi dengan panjang 3-4mm
- Potong apikal ditempelkan pada pluger yang telah dipanasi, dimasukan ke dalam saluran pada kedalaman yang sebelumnya telah diukur dan ditekan kea rah vertical
- Pluger dilepas dengan hati-hati untuk mencegah ke luarnya bagian guttap perca yang dimasukan
- Dibuat radiograf untuk memeriksa posisi dan kesesuaian bagian yang dikondensasi
- Bagian berikutnya dimasukan kedalam eukaliptol, dipanaskan tinggi diatas nyala api dan ditambahkan pada bagian sebelumnya dengan tekanan vertical untuk memampatkan pengisi


Metode kompaksi
- Menggunakan panas untuk mengurangi viskositas guttap perca dan menaikan plastisitasnya
- Digunakan untuk pengisi saluran yang lurus
- Menggunakan metode step back

Metode Inverted cone
- Digunakan terbatas pada gigi dengan saluran kecil, berkelok-kelok, yang tidak dapat diisi dengan kerucut guttap perca secara lepas


Metode Role Gutta perca
- Untuk mengisi saluran kecil bahan tersebut yang bengkok

Semoga penjelasan singkat tentang Perawatan Saluran Akar Gigi tersebut dapat bermanfaat. 


Artikel Lainnya:

CBCT


Computed Tomography
CONE-BEAM COMPUTED TOMOGRAPHY
Cone-beam computed tomography merupakan teknologi terbaru yang pada awalnya dikembangan untuk angiografi tahun 1982 dan kemudian diaplikasikan untuk gambaran maksilofasial. Teknologi ini menggunakan sumber radiasi ionisasi divergent atau bentuk kerucut dan detektor 2 dimensi untuk menentukan lintasan putar untuk mendapatkan gambar  proyeksi beberapa bagian pada sekali scan pada area yang diperiksa. 4 faktor teknologi yang mendukung daintaranya:
1.      Perkembangan array detector panel datar compact high-quality .
2.      Murahnya harga komputer yang sesuai dengan rekonstruksi gambar.
3.      Perkembangan tabung x-ray yang murah yang dapat digunakan exposure kontinu.
4.      Scanning pada jumlah yang terbatas (ex: head and neck), pengurangan kebutuhan kecepatan lintasan putar setiap subsecond.
Teknologi ini disebut juga dental volumetric tomography,cone-beam volumetric tomography, dental computed tomography, dan cone beam imaging.




·         Prinsip Kerja CBCT
CT scanner dengan sumber sinar x-ray dan detector dimounting pada rotating gantry. Selama gantry berputar, reseptor mendeteksi x-ray yang dipancarkan pada pasien. Kemudian hasilnya direkonstruksi oleh computer untuk menghasilkan gambar cross sectional (pixel). CT dibedakan dalam 2 kategori berdasarkan akuisisi x-ray beam geometry yakni fan beam dan cone beam.
Cone beam menggunakan 2D digital array namun dapat dikombinasi dengan 3D x-ray dengan circular collimation.
·         Image Aquisition
Saat dilakukan proyeksi cone-beam, sinar exposure membuat interval,dan menghasilkan gambar proyeksi tunggal disebut basis image. Kurang lebih sama seperti gambar yang dihasilkan sefalometri. 4 akuisisi CBCT :

1.      X-ray Generation
Walaupun CBCT secara teknis lebih sederhana namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
·         Posisi pasien
Posisi pasien CBCT dapat pada 3 posisi, yaitu posisi duduk,berdiri, dan telentang. Hal-hal yang dibutuhkan pasien pada posisi telentang adalah area permukaan yang lebih luas atau footprint fisikal dan tidak dapat diakses untuk pasien dengan beberapa disabilitas. Pada posisi berdiri, tidak dapat digunakan pada pasien yang memakai kursi roda. Unit untuk duduk adalah posisi yang paling nyaman bagi pasien, walaupun terkadang tidak semua pasien disabilitas atau pasien yang memakai kursi roda dapat diterapkan secara optimal. Dengan segala sistem suatu hal yang penting adalah tidak dengan menggerakkan kepala pasien pada saat exposure, karena dapat mengakibatkan beberapa pergerakan yang dapat mengurangi hasil kualitas gambar.
·         X-ray Generator
Secara teknis, metode yang paling mudah untuk exposure pasien adalah dengan menggunakan sinar radiasi konstan selama berputar dan membiarkan x-ray detector untuk membuat sampel sinar yang mengecil pada trayektor. Detektor sampel sinar dapat meningkatkan efektifitas karena jika dilakukan pemaparan sinar berkelanjutan, tidak semua pemparan dapat membentuk suatu gambaran. Dengan adanya sample/contoh ini dapat mengurangi pemaparan radiasi pada pasien.
Prinsip ALARA (As Low As Reasonably achieveable) mengharuskan pengoptimalan dari pemaparan CBCT dengan menyesuaikan ukuran dari pasien. Dapat disesuaikan denga pemilihan dari tube current (milliamperes [mA]), tube voltage (kilovolts peak [kVp]), atau keduanya. Pada beberapa CBCT dapat otomatis menyesuaikan, biasanya disebut dengan kontrol pemaparan otomatis (automatic exposure control).
·         Scan Volume
Dimensi ini dapat mengcover tergantung pada ukuran dan bentuk dari detektor, geometri proyeksi sinar, dan kemampuan kolimasi dari sinar. Bentuk dari scan volume dapat silinder atau berbentuk bola. Karena pada pemaparan kraniofasial membutuhkan area yang luas maka dapat digunakan software tambahan pada 2 scan rotasional untuk memproduksi volume tunggal dengan tinggi 22 cm.
·         Scan Factors
Kecepatan dari gambaran individual yang diperoleh dapat disebut frame rate dan dapat diukur dlam frame, gambar yang terproyeksi, setiap detiknya. Laju frame yang maksimum dari detektor dan kecepatan rotasional menentukan jumlah dari proyeksi yang dapat diperoleh. Jumlah dari proyeksi gambar berisikan scan tunggal yang dapat divariasikan. Dengan laju frame yang lebih tinggi, informasi lebih dapat tersedia untuk merekonstruksi gambar, rekonstruksi primer dapat naik/bertambah.
Sistem gambar pada kebanyakan CBCT menggunakal trajektori sirkular yang komplit atau lengkung scan dari 360 derajat untuk memperoleh data proyeksi. Kebutuhan fisikal ini biasanya diperlukan untuk memproduksi proyeksi yang adekuat untuk rekonstruksi 3D. Bagaimanapun, secara teori mungkin saja untuk mereduksi kelengkapan dari penelusura sekilas lintasan/trajektori yang kurang dari lingkaran lengkap dan masih rekonstruksi data set volumetris. Dengan cara ini dapat mereduksi waktu scan dan secara mekanis lebih mudah. Untuk mereduksi waktu scan CBCT dengan cara mereduksi pergerakan artifak yang menghasilkan pergerakan subjek. Dapat juga dengan menaikkan laju frame detektor, mereduksi jumlah dari proyeksi, atau mereduksi lengkung scan nya.

2.      Image Detection System
Dapat dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan dari tipe detektornya, yaitu tabung pengintensif gambar atau kombinasi alat charger berpasangan atau gambaran pipih panel. Pembentuk konfigurasi dapat berisi gambar pengintensif gambar x-ray atau kombinasi alat charger berpasangan tersebut beserta serat optik. Kebanyakan panel pipih konfigurasi tersebut terdiri dari cesium iodide scintillator yang diaplikasikan pada transistor film yang  dibuat dari silikon yang tidak berbentuk.
·         Ukuran Voxel
Tergantung oleh titik fokus dari tabung x-ray, konfigurasi geometris x-ray, dan matriks serta ukuran piksel dari detektor solid. Kedua titik fokus dan ukuran piksel dan konfigurasi geometris dari sumber x-ray menentukan derajat dari ketidaktajaman geometris, faktor yang terbatas dari resolusi tersebut.

Biaya dari CBCT makin bertambah jika titik fokusnya makin kecil ukurannya. Pengurangan dari jarak objek ke detektor dan kenaikan dari jarak sumber sinar ke objek juga meminimalkan ketidaktajaman geometris. Pada maksilofasial, posisi detektor CBCT terbatas karena terlokasi jauh dari kepala pasien, oleh karena itu dapat berotasi secara bebas dan membebaskan bahu dari pasien. Keterbatasan juga dapat meluas dari jarak sumber ke objek disebabkan oleh kenaikan dari ukuran unit CBCT. Bagaimanapun, reduksi dari jarak sumber sinar ke obyek dapat memproduksi gambar besar yang terproyeksi pada detektor, dengan menaikkan resolusi secara potensial.


·         Grayscale
Kemampuan dari CBCT diantaranya ditunjukkan dengan kemampuan mendeteksi perbedaan kontras secara halus. Parameternya biasa disebut dengan bit depth.



3.      Image Reconstruction
Rekonstruksi waktu bervariasi tergantung pada parameter diantaranya ukuran voxel, ukuran dari area gambar, dan jumlah dari proyeksi, sekaligus perangkat keras dan perangkat lunaknya.
Proses rekonstruksi dapat terdiri dari 2 tahap:
1.      Acquisition stage
Pada tahapan ini ditunjukkan oleh kemahiran komputer.
2.      Reconstruction stage
Gambaran yang benar dikonversikan ke representasi spesial yang disebut sinogram. Proses yang terlibat biasa disebut dengan radon transformation.






4.      Image Display
Suatu set data volumetrik adalah sebuah kompilasi dari seluruh voxel yang tersedia dan kebanyakan pada alat CBCT, menunjukkan pada klinisi di suatu layar sebagai rekonstruksi gambar sekunder pada 3 bidang ortogonal, yaitu aksial, sagital, dan koronal. Biasanya pada ketebalan pada umumnya sampai dengan resolusi yang tidak umum. Visualisasi yang optimal dari gambaran rekonstruksi tergantung dari penyelarasan level window dan lebar dari window serta aplikasi dari filter.
·         Multiplanar reformation
Data set dapat terbagi secara nonorthogonal. Kebanyakan perangkat lunak menyediakan berbagai gambaran 2 dimensi non aksial, atau biasa disebut multiplanar reformation (MPR).  Gambaran multiplanar dapat ditebalkan dengan menaikkan jumah dari voxel yang berdekatan termasuk didalam display. Dapat membuat gambar yang merepresentasikan volume yang spesifik dari pasien, biasa disebut dengan ray sum. Ketebalan penuh ray sumdapat digunakan untuk menstimulasi proyeksi dari gambaran lateral sefalometrik. Tidak seperti radiografi konvensional, gambaran ini menggunakan data volumetrik dan intepretasi dari masalah anatomis, diantaranya superimposisi dari multipel struktur.
·         Three Dimensional Volume Rendering
Volume rendering sama seperti teknik yang mengijinkan visualisasi dari data 3D dengan integrasi dari volume yang luas dari voxel-voxel yang berdekatan dan tampilan yang selektif. Dua teknik yang spesifik telah tersedia. Yaitu, indirect volume rendering dan direct volume rendering. Indirect volume rendering adalah proses komplesk yang membutuhkan seleksi dari intensitas atau densitas dari level grayscale dari voxel untuk ditampilkan dengan adanya data set, yang disebut segmentasi. Sedangkan direct volume rendering adalah proses yang lebih sederhana. Eknik yang paling banyak digunakan adalah maximum intensity projection (MIP). Visualisasi MIP dapat terjangkau dengan mengevaluasi setiap nilai voxel sepanjang proyeksi .
       


·         Pertimbangan Klinis
1.      Kriteria pemilihan pasien
Pada cone beam pemaparan radiasi lebih banyak dibandingkan dengan dental radiograf lainnya. CBCT umumnya digunakan pada keadaan patologis dan deformitas struktural maksilofasial, pada pre operatif tindakan otodontik dan pada implan tulang yang tersedia.
2.      Persiapan pasien
Pertama-tama menggunakan pelindung. Pada setiap unit CBCT memiliki metode yang unik dari stabilisasi kepala, bervariasi dari dagu ke bagian posterior atau kepala bagian samping yang dapat mendukung posisi dari kepala. Pergerakan pasien dapat diminimimalkan, karena pergerakan kepala dapat menurunkan kualitas. Kesesuaian posisi pasien dengan sinar benar-benar dipirhatikan untuk mengoptimalkan kualitas gambar dan mengurangi paparan sinar radiasi. Pasien harus melepas semua aksesoris yang terbuat dari bahan metal dan tidak butuh melepas aksesori yang terbuat dari plastik (ex: removable prothesa).
·         Imaging Protocol
Merupakan parameter teknik exposure CBCT yang mengacu pada tujuan perawatan.
1.      Voxel size
2.      Waktu Scanning dan jumlah proyeksi
3.      Scanning trayektor
4.      Field of View (lapang pandang)
·         Image Optimization
Kepandaian user untuk mengatur parameter brightness,contrast, dan ketajaman.
Kelebihan dan Keterbatasan :
·         Kelebihan
1.      Ukuran dan biaya terjangkau untuk ruang praktek
2.      High-speed scanning
3.      Resolusi submilimeter
4.      Dosis rendah radiasi pada pasien
5.      Analisis yang interaktif
·         Keterbatasan
1.      Image Noise (Large Volume)
2.      Kontras Jaringan Lunak yang buruk
5.      Aplikasi Spesifik pada Kedokteran Gigi
1. Implant Site Assesment
CBCT digunakan untuk perencanaan peletakan dental implant. CBCT menghasilkan gambar cross-sectional meliputi tinggi tulang alveolar,lebarnya, dan angulasinya secara akurat termasuk struktur vital seperti nervus canal  alveolar inferior di dalam mandibula atau di dalam sinus maksila.
2.      Ortodonti dan Sefalometri 3D
CBCT digunakan untuk diagnosis,assesment,dan analisis ortodontic maxilofacial dan anomali pada ortopedi. CBCT dapat menghasilkan gambar gigi impaksi,supernumerary teeth,gambaran morfologi palatal,visualisasi TMJ, pharyngeal airway space, dan relasi jaringan lunak.
Selain untuk ortodonti, juga dapat digunakan untuk menghasilkan gambar sefalometri 2D atau 3D dalam sekali pengambilan. Data CBCT dapat dimanipulasi oleh teknik persamaan sinar x-ray untuk menyebarkan simulasi  panoramik,lateral,submentovertex,dan postero-anterior gambar sefalometri.
3.      Lokalisasi Kanal Alveolar Inferior
Hubungan antara alveolar canal inferior dengan akar gigi molar ketiga mandibula sangan penting dengan meminimalkan nerve damage yang dapat menyebabkan permanen loss pada salah satu sisi bibir bawah.
4.      Temporomandibular Joint
CBCT menghasilkan multiplanar dan gambar 3D kondilus dan struktur disekitarnya untuk menganalisis dan diagnosis morfologi tulang,joint space dan fungsi yang dinamis, dan kunci untuk menentukan perawatan yang sesuai pada tanda dan gejala pasien TMJ.
5.      Kondisi maxilofacial yang kompleks
CBCT dapat mendeteksi banyak kondisi pada rahang, sebagian besar pada gigi seperti impaksi,supernumerary teeth, fraktur atau split teeth,lesi periapikal,periodontal disease, dan benign calcification.
6.      Rapid Prototyping (RP)
RP merupakan istilah luas yang mendeskripsikan kelompok yang berhubungan dengan teknik dan proses yang digunakan membuat model fisik secara cepat dari data gambar 3D computer-assisted. Tujuan RP pada gambar maxilofacial adalah membuat ukuran nyata dan struktur anatomis model yang akurat secara dimensinya. Dapat disebut juga biomodels.

·         KESIMPULAN
CBCT imaging system baru-baru ini telah dikenalkan untuk pengambilan gambar jaringan keras pada regio maksilofacial. CBCT menghasilkan hasil yang akurat,resolusi gambar submilimeter dalam waktu scanning yang singkat, dosis rendah radiasi, dan biaya yang murah dibanding CT scan.Peningkatan avaibilitas teknologi ini memberikan praktisi modal gambar kualitas 3D yang merepresentasikan gambar maksilofasial dari tahapan diagnosis hingga pedoman gambar perawatan operatif dan bedah.
 DAFTAR PUSTAKA
1.      Whaites, Eric. 2002. Essentials of Dental Radiography and Radiology 3rd Edition. Churcill, Livingstone, UK.
2.      White SC, Pharoah MJ. 2004. Oral Radiology Principle and Intepretation 5th Edition. United States: Mosby, Elsevier.
3.      Swennen GRJ, Schutyser F, Hausamen JE. 2006. Three-Dimensional Cephalometry a Color Atlas and Manual.Springer-Verlag Berlin Heidellberg


Artikel Lainnya: